Beternak Ayam di Antara Alunan Musik


“Musik menjadi hiburan utama
agar kami tetap gembira, asyik,
dan enjoy. Tapi ternyata juga
memberikan pengaruh kepada
pertumbuhan ayam.”

-- Muslem --
Peternak Ayam di Kuta Malaka
ALUNAN musik terdengar lembut dari kompleks peternakan ayam pedaging milik Muslem, di Desa Lubuk Batee, Kecamatan Kuta Malaka Aceh Besar. Musik bisa terdengar jelas karena lokasi ini berada di atas bukit yang sepi dan jauh dari permukiman penduduk, kira-kira 5 kilometer jaraknya.
“Musik menjadi hiburan utama agar kami tetap gembira, asyik, dan enjoy. Tapi ternyata juga memberikan pengaruh kepada pertumbuhan ayam,” kata Muslem ketika dikunjungi Tabangun Aceh, awal Oktober 2015 lalu.
Pekerjaan ini telah digeluti Muslem selama lima tahun (2010-2015). Jumlah ayam pedaging yang dipelihara Muslem mencapai 5.000 – 10.000 ekor untuk masa dua bulan. Dalam satu tahun bisa empat kali panen dengan jumlah ayam yang dijual sekitar 20.000-40.000 ekor.
Jika harga satu ekor ayam Rp 30.000, maka omset penjualannya mencapai Rp 600 juta-Rp 1,2 miliar per tahun. Dari omset senilai itu, Muslem beserta seorang rekannya bisa mendapat penghasilan masing-masing Rp 5- 10 juta per bulan.
Bercerita lebih lanjut tentang alunan musik di areal peternakannya, Muslem menjelaskan, awalnya memang bertujuan sebagai hiburan dan mengusir kebosanan, tapi ternyata alunan musik memberikan dampak terhadap pertumbuhan ayam pedagingnya.
Ia menuturkan, sebelum membunyikan musik dalam kandang ayam, banyak ayam yang strees dan malas makan, sehingga membuat pertumbuhan daging dalam tubuh ayam jadi lamban. Ini disebabkan semangat ayam untuk makan sangat  kurang, dan ayam mudah terserang berbagai penyakit.
Keadaa ini, kata Muslem, berlangsung selama enam bulan sejak dia memulai usahanya. Hingga bulan ketujuh, Muslem yang tinggal di atas bukit, jauh dari permukiman penduduk, membeli alat pemutar musik untuk mengusir kebosanan. Namun siapa nyana, dalam bulan-bulan selanjutnya, ayam peliharannya mulai doyan makan.
Lama kelamaan, Muslem melihat fakta setiap kali dia menghidupkan musik, ayam bangun, bergerak, berkeliaran, dan banyak makan. Atas dasar itu di sejumlah sudut kandang ayam ia pasang speker (alat pengeras suara) yang bagus yang bisa menghasilkan suara yang lembut untuk meningkatkan selera makan ayam.
Setiap dua jam sekali lagu-lagu merdu dan gembira itu, tidak termasuk musik rock, diputar untuk memotivasi ayam. Setelah makanan ayam berkurang dalam tempat makannya, musik ia matikan, agar ayam istrahat. Dua jam ke depan ia hidupkan kembali. Kegiatan ini rutin dilakukannya, pada siang hari.
“Suara musik tidak boleh terlalu keras, jika bising dan ayam jadi malas makan. Volume musiknya harus sedang hingga kendengarannya enak, hingga membuat ayam terasa aman dan nyaman, semangat makannya jadi meningkat,” kata Muslem.
Tantangan datang pada malam hari. Selain tidak boleh ada musik, karena ayam butuh ketenangan, suhu dingin pun akan menjadi ujian. Jika turun hujan ayam-ayam bisa mati kedinginan.
Karena itu, perlu dipasangan bola lampu yang banyak dengan watt yang tinggi untuk penerangan dan peningkatan suhu udara menjadi normal. Jika hujan, harus dipasang layar pada sekeliling kandang ayam, supaya tidak tempias air hujan.
Ayam pedaging, kata Muslem, sangat peka terhadap suhu udara. Ayam bisa mati jika suhu udara terlalu dingin atau pun terlalu panas. Karena itu, pada siang hari, terutama pada saat musim kemarau atau panas mencapai antara 33-45 C, dalam kandang perlu dipasang kipas angin, untuk menurunkan suhu udara panas dalam kandang.
Kondisi ini, kata Muslem, sama seperti cara merawat anak bayi yang baru berumur 1-100 hari. “Kita harus selalu mengontrol kebersihan, suhu udara, air dan gunakan termometer untuk mengukur suhu udara,” ujarnya.
Kesabaran dan ketelitian, kata Muslem, salah satu kunci sukses dalam pemeliharaan ayam pedaging. Tidak boleh malas, dan harus giat dan rajin. Pelajari psikologis ayam dengan baik, agar ia bisa selalu gembira. Semua makhluk hidup, jika tubuhnya sehat, maka pertambahan dagingnya sangat cepat.
Muslem mengingatkan, beternak ayam tidak boleh ceroboh, atau sombong. Itu bisa membuat kita lupa diri, sehingga jadi malas. Kalau itu sudah duduk dalam tubuh seorang pemelihara ayam pedaging, suatu tanda kebangkrutan sudah dekat pada dirinya.(heri hamzah)
Kandang Ayam Petelur milik Muslem. | Foto: heri hamzah

Dimuat di edisi cetak - TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 51 | OKTOBER 2015

Post a Comment

0 Comments