Tiga RS Regional Tunggu Persetujuan Dewan

Rencana pembangunan Rumah Sakit Regional di Wilayah Barat Aceh di kabupaten Aceh Barat. | Sumber: rsucnd.acehbaratkab.go.id

PEMbangunan lima rumah sakit regional menjadi salah satu prioritas dr H Zaini Abdullah dalam bidang kesehatan. Pembangunan 5 RS regional di kawasan timur, utara, tengah, dan barat selatan Aceh ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan, sehingga sampai ke daerah terpencil dan daerah miskin.
Kelima rumah sakit yang akan menampung pasien rujukan dari rumah sakit daerah (kabupaten/kota) ini masing-masing berada di Kota Langsa, Bireuen, Takengon (Aceh Tengah), Meulaboh (Aceh Barat), dan Tapaktuan (Aceh Selatan).
Dari lima unit RS regional yang akan dibangun itu, tiga unit di antaranya yaitu di Bireuen, Meulaboh, dan Takengon, serta 1 unit RS Kanker RSUZA, direncankan dibangun dengan menggunakan pinjaman luar negeri. Total dana yang dibutuhkan mencapai
Rp 1,2 - Rp 1,3 triliun.
Informasi dihimpun Tabangun Aceh, Bank Pembangunan Jerman (KfW) sudah menyatakan kesediaannya memberikan pinjaman lunak untuk kepentingan tersebut. Bunga pinjamannya antara 2,5 sampai 3,3 persen.
Seperti diketahui, KfW pernah membiayai pembangunan RSU Zainoel Abidin yang baru atas hibah pemerintah Jerman untuk mengganti RSUZA lama yang sudah terkena benc­­­ana gempa dan tsunami.
Menyikapi kesediaan KfWmembiayai pembangunan tiga unit RS Regional plus 1 unit RS Kanker RSUZA, Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah pun bergegas menyusun proposal pinjaman pembiayaan keempat rumah sakit itu. Alasan Gubernur Zaini meminjam dana dari luar negeri, tidak lain untuk mempercepat pembangunan keempat rumah sakit tersebut.
“Kalau menggunakan dana APBA dan APBN, penyelesaiannya butuh waktu tiga sampai lima tahun baru operasional. Tapi jika menggunakan dana pinjaman, bisa selesai dalam waktu dua atau tiga tahun,” ujar Doto Zaini kepada Tabangun Aceh beberapa waktu lalu.
“Setelah pembangunan fisik rumah sakitnya selesai bersama pengadaan peralatannya, kita tinggal mencicil pinjamannya dari sumber dana otsus yang masih akan terima 11 tahun lagi,” lanjutnya.
“Kalaupun nanti anak cucu kita bertanya, kemana saja dana otsus itu digunakan, dapat kita buktikan, di antaranya untuk pembangunan tiga unit RS Regional dan 1 unit RS Kanker di kompleks RSUZA yang akan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Aceh, maupun Indonesia,” imbuhnya.
Gubernur juga memaparkan, bukanlah perkara gampang untuk mendapatkan pinjaman luar negeri. Selain trust atau kepercayaan kepada Pemerintah Aceh, masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Di antaranya izin dari Bappenas, Kemendagri, Kemenkeu, dan instansi teknis vertikal lainnya.
Menurutnya, dari semua persyaratan izin pinjaman luar negeri dari Pemerintah Pusat, sudahdiperoleh oleh Pemerintah Aceh. Saat ini hanya tinggal persetujuan dari anggota DPRA.
“Izin dari Pimpinan DPRA lama, periode 2010-2014 sudah pernah kita dapatkan, tapi karena saat ini sudah terjadi pergantian Pimpinan DPRA, makanya kita harus mendapat izin dari DPRA periode 2014-2019,” kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh, M Yani, melalui Kabid Programnya, Hanif.
Akan dikaji
Sementara itu, Ketua DPRA, Tgk Muharuddin mengatakan Badan Musyawarah (Bamus) DPRA akan mengkaji ulang soal pinjaman dana dari luar negeri untuk pembangunan tiga RSU regional di Aceh, serta RS kanker di RSUZA, Banda Aceh. DPRA lebih menyetujui pembangunan itu menggunakan dana otonomi khusus (Otsus) Aceh.
Adapun pembangunan RS regional di Langsa dan Tapaktuan akan didanai APBA dan APBN. Muharuddin menyebutkan, keputusan untuk mengkaji ulang pembangunan RS regional dengan sumber pinjaman luar negeri, diputuskan dalam rapat Bamus Anggota DPRA, Jumat (8/4) siang.
Menurutnya, kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas lagi bagi penggunaan dana otsus ke depan. “Jika hasil kajian nanti, lebih menguntungkan pakai dana otsus sendiri, tinggal kita atur saja, besaran yang akan dialokasikan per tahunnya. Sudah saatnya Aceh miliki RS Regeonal yang bagus, untuk pemerataan dan keadilan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Aceh dan Indonesia,” ujarnya.(heri hamzah)
FOKUS PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN ACEH
  • Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang didukung oleh SDM dan fasilitas kesehatan yang berkualitas sesuai dengan standar pelayanan minimum serta tersebar secara merata dan proporsional
  • Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang bersih dan sehat
  • Pengembangan sistem kesehatan dan rujukan dengan pengembanga 5 rumah sakit rujukan regional (RSUD Langsa, RSUD Bireuen, RSUD Takengon, RSUD Meulaboh, RSUD Tapaktuan)
  • Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan, dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular
  • Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
  • Peningkatan Fasilitas Pelayanan kesehatan, serta tersedianya kesinambungan jaminan kesehatan
  • Percepatan pencapaian  Indikator MDGs dan Indikator Pembangunan Kesehatan lainnya.

Sumber: Dinas Kesehatan Aceh

Post a Comment

0 Comments