Melestarikan Tradisi Pacuan Kuda di “Negeri Seribu Bukit” Gayo Lues


Lomba pacuan kuda adalah identitas lokal dan semua mesti bertanggungjawab untuk melestarikannya,

-- Dermawan MM --
Sekda Aceh, Drs




Di tengah sorak sorai membahana, sejumlah ‘joki cilik‘ terus berlaga memacu kuda tunggangannya. Tak tampak raut wajah tegang, padahal, mereka berlaga tanpa perlengkapan standar.
Diatas punggung kuda, tangan-tangan mungil para joki berupaya sekuat tenaga menggenggam tali kekang, mengendalikan laju kuda-kuda pacu yang seakan tak mau berhenti. Mereka melarikan kuda tanpa beralaskan pelana. “Kuda-kuda itu berlari bagai angin. Nyali dan keberanian joki luar biasa!” ujar Amril, ajudan Sekda Aceh.
Tak terhitung, entah sudah berapa kali sabetan pecut dari rotan para joki itu memukuli bagian tubuh kuda pacu tunggangan.“Penikmat pacuan kuda sangat menikmati atmosfir persaingan yang terjadi dan yang pasti membuat adrenalin kita ikut menderu terpacu,” tambah protokoler Setda Aceh, Abdul Rauf.
Guyuran hujan, tidak menyulut semangat belasan ribu pengunjung untuk menyaksikan babak grand final event dua tahunan itu. Sebagian besar penonton bahkan rela ‘berhujan ria’ di luar pagar pembatas arena pacuan kuda. Seakan mengisyaratkan, guyuran hujan merupakan hal biasa bagi masyarakat di ‘negeri seribu bukit’ tersebut.
Adu nyali, lomba pacuan kuda dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-70 dan Peringatan 10 Tahun MoU Hensinki (Damai Aceh) yang berlangsung sejak 14 September 2015, berakhir dan ditutup Minggu (20/9) sore, oleh Sekda Aceh, Drs Dermawan MM, mewakili Gubernur.
Sekda Dermawan menyebut, lomba pacuan kuda tradisional Gayo sebagai aset budaya yang dapat meningkatkan pariwisata. Ia menekankan, semua elemen tetap  menjaga agar budaya ‘pacu kude’ tidak dirusak oleh perilaku yang melanggar hukum dan norma agama.“Kita harus berprinsip bahwa lomba ini adalah bagian dari budaya, olahraga dan hiburan, bukan arena judi atau bertaruh,” tegas Sekda, yang tampil mengenakan celana jeans biru.
“lomba pacuan kuda adalah identitas lokal dan semua mesti bertanggungjawab untuk melestarikannya,” tambah Dermawan, disambut tepuk tangan ribuan undangan yang menyesaki tribun utama, lapangan Buntul Nege Blangsere, Kabupaten Gayo Lues.
Hadir dalam pentupan lomba, Bupati Gayo Lues, Ibnu Hasyim, Bupati Aceh Tengah Ir Nasharuddin, anggota DPR Aceh HM Amru, Kepala Bappeda Aceh Prof Abubakar A Karim, Karo Humas Pemerintah Aceh HM Ali Alfata, jajaran Forkopimda dan sejumlah Kepala SKPK Gayo Lues.
Tradisi pacuan kuda adalah budaya turun menurun masyarakat tanah Gayo. Tampak, sesekali Sekda Dermawan melepas tawa sembari mengabadikan moment adu nyali anak-anak gayo, melalui kamera genggamnnya. [ridha]
Sekda Aceh, Drs. Dermawan MM didampingi Bupati Gayus Ibnu Hasyim dan Kepala Bappeda Aceh Prof Abubakar Karim, berfoto bersama usai menyerahkan tropi juara, lomba pacuan kuda  di lapangan Buntul Nege Blangsere, Kabupaten Gayo Lues, Minggu (20/9). | Foto Mardha Humas Aceh
Dimuat di edisi cetak - TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 50 | SEPTEMBER 2015

Post a Comment

0 Comments