Disperindag Fokus Latih Pengusaha Muda




“Eksportir dan importir yang telah mengikuti pelatihan di Jakarta, perlu menyosialisasikan kebijakan kemudahan  ekspor dan impor kepada eksportir dan importir  yang ada di Aceh.”

-- Safwan, SE, MM --
Kadis Perindag Aceh


Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh terus melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan hasil industri dan perdagangan di Aceh. Salah satunya adalah fokus melatih pengusaha muda tentang strategi pemasaran dan keahlian di bidang ekspor impor.
Kadis Perindag Aceh, Safwan SE MM mengatakan, pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan menumbuhkan semangat ekspor dan impor kepada generasi muda, terutama bagi pengusaha eksportir dan importir pemula. Program dan kegiatan pelatihan ini dilaksanakan setiap tahun.
“Sedikitnya ada 8 sampai 10 orang pengusaha muda yang kita kirim untuk mengikuti pelatihan ekspor dan impor ke Balai Besar Pelatihan Ekspor Indonesia Kementerian Perdagangan RI di Jakarta,” kata Safwan kepada Tabangun Aceh, di Banda Aceh, Selasa (15/9/2015).
Safwan yang didampingi Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Nurdin, menyebutkan, pada tahun 2015 ini, sebut ada empat orang pengusaha eksportir  dari Aceh yang dikirim ke Balai Besar Pelatihan Ekspor Indonesia Kementerian Perdagangan RI di Jakarta, untuk mengikuti pelatihan ekspor. Mereka adalah Imran SE AK, Ansari Puteh MSi, Mahdani A Manaf Spd, dan Mirza Rizqan SE.
Untuk pelatihan impor, kata Nurdin, ada empat orang juga yang dikirim ke tempat yang sama. “Eksportir dan importir yang telah mengikuti pelatihan di Jakarta, perlu menyosialisasikan kebijakan kemudahan  ekspor dan impor kepada eksportir dan importir  yang ada di Aceh,” ujarnya. 
Tujuan sosialisasi ini, pertama ilmu dan pengetahuan ekspor dan impor yang didapat dari pelatihan, bisa dikembangkan kepada pengusaha muda yang ada di Aceh. Agar mereka termotivasi untuk terjun pada bidang bisnis yang sama.
Nilai meningkat, volume berkurang
Nurdin menyebutkan, nilai ekspor nonmigas tahun ini meningkat, sementara  volumenya berkurang. Hal ini disebabkan kontinyunitas barang yang tersedia di pedagang pengumpul sangat terbatas. Sehingga pada saat mau dilakukan kontrak penjualan kepada pihak luar negeri, para eksportir takut di komplen dan diklaim tidak mampu memenuhi target penjualan yang telah disepakati dan dijanjikan.
Dalam perdagangan internasional, kata Nurdin, hal yang seperti itu sangat menjadi komitmen. “Sekali kita tidak bisa memenuhi janji yang telah disepakati, maka kepercayaan dari pihak luar, menjadi hilang. Butuh waktu lama untuk membangun kembali jaringan dan kepercayaan,” ujarnya.
Dalam kegiatan ekspor barang komoditi non migas ini, menurut Nurdin, ada masa pasang surutnya. Namun demikian, pengusaha tidak boleh pasrah dengan masa pasang surut itu, melainkan harus terus berjuang untuk kebangkitan ekonomi rakyat.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Aceh ini juga menyatakan komitmen pihaknya dalam memberikan fasilitas pelabuhan dan kemudahan pelayanan perizinan dan dokumen ekspor. “Tapi, karena kontinyuniatas barangnya tidak mamapu dipenuhi oleh produsennya, yaitu petani dan nelayan serta perajin, akibatnya pengiriman barang itu, jadi pasang surut. Kalau tahun ini ada, tahun depan belum tentu ada,” kata dia.
Situasi itu, kata Nurdin, tidak berlaku bagi komoditi kopi. Untuk komoditi kopi, volume dan nilai ekspornya sepanjang tahun tetap ada. Ini disebabkan, produk kopi biji kopi dari Aceh, terutama dari dataran Tinggi Gayo, sudah menjadi kebutuhan bagi permintaan importir kopi dunia.
Kendati, volume dan nilai ekspornya setiap tahun mengalami pasang surut, tapi kegiatan ekspor kopi itu terus dilakukan ke berbagai negara. Antara lain, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Cina, Jepang, India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Amerika, Kanada, Meksiko, Selandia baru, Australia, Italia, Inggris, Jerman, Irlandia, Belgia, Rusia, dan Belanda.
Kendati jumlah negara tujuan ekspor kopi kita cukup banyak, kata Nurdin, suplainya tetap saja ada. Ini disebabkan, kualitas kopi gayo terutama jenis arabika, luwak dan robusta dari dataran tinggi Gayo itu, sangat disukai konsumen kopi dunia.(heri hamzah)

Dimuat di edisi cetak - TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 50 | SEPTEMBER 2015

Post a Comment

0 Comments