n Terkait Perkembangan Aceh Pasca-Tsunami
STASIUN
televisi terbesar di Jepang NHK melakukan wawancara eksklusif dengan Gubernur
Aceh, dr. H. Zaini Abdullah terkait perkembangan Aceh sepuluh tahun
pascatsunami dan perdamaian Aceh. Wawancara khusus ini berlangsung di Meuligoe
Aceh, Selasa (12/4/2016) petang.
Dalam wawancara yang melibatkan lima kru NHK, Gubernur
Aceh Zaini Abdullah secara panjang lebar menjelaskan bagaimana Aceh bangkit
kembali setelah tsunami yang meluluhlantakkan Aceh, 26 Desember 2004 silam.
Zaini Abdullah mengatakan bahwa bencana tsunami merupakan cobaan dari Allah,
tapi di sebalik musibah itu ada hikmah dan keajaiban bagi seluruh masyarakat
Aceh.
Salah satu contoh hikmah bagi Aceh, sebut Gubernur,
konflik yang berlansung puluhan tahun dapat diselesaikan hanya dalam waktu
delapan bulan, melalui penandatanganan MoU damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dan Pemerintah Republik Indonesia, di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005.
Konflik di Aceh, kata Doto Zaini, terjadi karena
ketidakadilan Pemerintah Pusat terhadap Aceh. Mantan Menlu GAM ini memaparkan,
perjuangan yang dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka adalah untuk mengembalikan
hak-hak masyarakat Aceh. Dan musibah tsunami telah membawa hikmah sehingga
perdamaian di Aceh dapat terwujud. “Melalui perdamain ini lah, Aceh bangkit
kembali,” kata Zaini.
Gubernur mengakui kontribusi dari seluruh masyarakat
dunia yang ikut membantu Aceh setelah tsunami. Berbagai pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan berbagai bantuan lainya datang dari
berbagai negara, termasuk dari Jepang. “Setelah tsunami dan Aceh damai, kita
mencoba menyelesaikan berbagai masalah, mulai dari rekonstruksi, rehabilitasi,
dan pengembangan ekonomi,” ungkap Doto Zaini.
Pada kesempatan tersebut, Wartawan NHK, Okoshi juga
menanyakan tentang penerapan syariat Islam di Aceh yang merupakan satu-satunya
provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Zaini menjelaskan
bahwa Aceh memiliki kekhususan seperti yang tertuang dalam MoU Helsinki dan
dijabarkan dalam Undang Undang Pemerintah Aceh, salah satunya adalah penerapan
syariat Islam. Zaini juga menegaskan bahwa penerapan syariat Islam di Aceh
hanya diperuntukan bagi umat Islam. Selain itu, masyarakat Aceh juga sangat
toleran dengan penganut agama lain yang ada di Aceh.
“Kita bisa liat di Banda Aceh sendiri ada gereja,
kuil, dan tempat ibadah lainya yang tidak pernah diganggu dan sudah ada
semenjak ratusan tahun lalu,” kata Abu Doto.
Terkait pembangunan Aceh ke depan, Gubernur mengatakan
akan terus berjuang untuk menjadikan Aceh lebih baik melalui pembangunan
infrastruktur, ekonomi, penanggulangan kemiskinan dan pengganguran.(ridha)
0 Comments